Menjadi Siswa Berprestasi Karena Terinspirasi Dari Seorang Guru

0
1887

 

Mengenal sosok Mufti Salim, mungkin sangat identik dengan Partai Keadilan Sejahtera Lampung. Tapi tau kah kita bahwa Mufti Salim yang saat ini dikenal sebagai pimpinan Partai Keadilan Sejahtera adalah putra dari seorang petinggi partai yang didukung oleh Nahdhotul Ulama sebagai wadah perjuangannya di wilayah Lampung Tengah saat itu.

Terlahir di sebuah desa di ujung Lampung Tengah, berbatasan dengan hutan kemasyarakatan. Mufti kecil tumbuh seperti anak lainnya. Menjadi anak kecil yang gemar bermain selayaknya anak seusianya. Namun, Mufti Salim kecil dikenal sebagai anak yang berprestasi di sekolah. Sejak kelas 1 selalu mendapatkan peringkat di kelasnya. Saat ditanya bagaimana trik belajar? Ketua umum PKS Lampung ini menjawab “Saya senang jika masuk sekolah” jadi, bagi Mufti kecil ruang kelas dan sekolah adalah tempat yang membahagiakan baginya.

Beranjak remaja, Mufti mengenal dengan sosok guru yang bernama Ustad. Mahmud Yunus. Ustad yang ia anggap sebagai inspirator saat itu. Bukan ustad lulusan luar negeri, hanya ustd di kampung lulusan aliyah tapi sangat bangus cara mengajarnya. Dalam hati, Mufti berkata ” saya akan seperti ustad”. Dengan impian “ingin seperti ustad” Mufti yang saat itu berusia belasan tahun berjodoh dengan pondok pesantren Krapyak, Jogjakarta.

Seperti halnya santri lainnya. Mufti yang tengah menjadi santri giat belajar. Kitab hadits, fiqh, bahasa arab hingga kitab kuning adalah menu bergizi sehari-hari yang ia dapati di Pondok pesantren. Hingga ia bertemu dengan seorang ustad muda yang saat itu mengajar pelajaran Musthalahul Hadits. Ustad Bakrun. Syafii (Sekarang sudah menjadi doktor).

Pertemuannya dengan Ustad Muda tersebut semakin memacu keinginannya menjadi seorang ustad seperti Ustad Bakrun. Bahkan saat di kelas 3 aliyah Mufti Salim ditanya oleh ustad tersebut perihal cita-citanya kelak. Dan ia menjawab lugas “saya ingin seperti ustad.”

Dari sinilah, semesta membuka jalan untuk segala impian Mufti Salim. Mulai dari diterima menjadi mahasiswa si LIPIA walau saat itu ia sudah diterima pula di IAIN Jogja. Tapi dengan berbagai pertimbangan, LIPIA lah yang ia pilih.

Selama menjadi mahasiswa di LIPIA, Mufti Salim juga mendapatkan kesempatan mendaftar kuliah di Madinah. Semakin mulus lah jalan menuju cita-citanya. Ia meneruskan kuliah Strata 1 di Madinah hingga bergelar LC. Pasca sarjanah ia tuntaskan di Universitas Kebangsaan Malaysia mengambil program syariah dan melakukan tesis tentang pemberdayaan ekonomi syariah yaitu zakat.

Pertemuannya dengan PKS berawal di Malaysia. Di sana terdapat Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera yang dibina langsung oleh para ustadz Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera.

Seorang mahasiswa pasca sarjanah menjadi anggota PIP PKS adalah sebuah trend tersendiri menurut Mufti Salim yang saat itu sedang menelesaikan pendidikannya di Malaysia.

Tanah air memanggilnya menjelang pemilu 2004. Sekawanan pemuda dari PKS kalirejo ternyata sudah membidiknya menjadi bakal calon kader. Karena kepiawaian Mufti dalam mengisi berbagai kajian keislaman di kampung halamannya. Akhirnya, teman-teman PKS Kalirejo meminangnya langsung menjadi bakal calon anggota dewan.

Tak mudah menembus restu dari ayah Mufti Salim yang seorang petinggi struktural NU di Lampung Tengah. Lobi-lobi pun terjadi. Hingga sang ayah mengeluarkan kata-kata kepasrahannya “yang penting anaknya mau”.

Dari sinilah, pertama kali Mufti mengenal PKS di tanah air. Hingga ia terpilih menjadi anggota dewan Lampung Tengah tanpa kampanye. Karena masyarakat telah banyak mengenal dan memandang ayah Mufti sebagai tokoh di masyarakat.

Beranjak dewasa dan pada akhirnya menikahi seorang gadis bernama Fitri. Mufti Salim dikarunia 4 orang anak. Sehari-harinya disibukan dengan berbagai kegiatan dewan, partai hingga kegiatan cultural kemasyarakatan. Namun, Mufti Salm tetaplah seorang ayah dan suami yang selalu menyempatkan _quality time_ bersama keluarga.

Pagi hari adalah waktunya ia membangunkan anak-anak, menyiapkan tas dan sepatu anak- anak, mengisi buku penghubung hingga mengantar anak sekolah. Semua itu ia kerjakan berbagi tugas dengan sang istri. Menjelang sore, ia sempatkan pulang ke rumah menengok anak-anaknya walau setelah itu ia harus meneruskan kegiatan silaturahmi ke masyarakat. Kecuali saat Mufti Salim harus dines luar untuk pekerjaan dewan atau pun partai.

Melihat debutnya mencapai cita-cita mulai dari desa terpelosok hingga menjadi pejabat dewan, provinsi. Kita bisa melihat bagaimana ia terinspirasi dari para guru yang pernah singgah mengajarnya. Sekolah yang selalu dirindukan, guru yang mengajar dengan piawai hingga tekhnik dan kecerdasan sang guru muda yang memotivasi dirinya menjadi pribadi yang juga menginspirasi orang lain.

Di balik prestasi-prestasinya yang membanggakan, Mufti Salin yang dikenal sebagai pimpinan PKS wilayah Lampung ini juga memiliki sikap yang hangat dan ramah. Hal itu juga dibetulkan oleh beberapa rekannya diluar partai keadilan. Walau berbeda pilihan politik, Mufti Salim selalu berusaha menjadikan setiap orang yang mengenalnya nyaman dengan jiwa kekeluargaannya kepada siapapun.

Sosok-sosok gurunya lah yang kini mendorongnya untuk semakin percaya bahwa perjuangan mensejahterakan profesi guru adalah sebuah keharusan. Maka ia buktikan kini bersama rekan-rekan PKS Kali Rejo, ia bangun sekolah tahfidz Insan Qur’ani setahap demu setahap. Mulai dari TKIT, SDIT dan kini SMPIT tanpa mengabaikan kesejahteraan guru dan sistem kurikulum tahfidz yang terintegrasi.

Guru berhasil menginpirasinya menjadi inssan yang lebih baik. Menjadi pelayan ummat, mengemban amanat rakyat. Terima kasih guru.

Selamat Hari Guru #Ayolebihbaik

LEAVE A REPLY